Mekanisme Peredaran Darah Jantung Pada Janin



Mekanisme Peredaran Darah Jantung Pada Janin


 Selama kehamilan, sistem peredaran darah janin bekerja  secara berbeda dari pada Janin dihubungkan oleh tali pusat ke plasenta, organ yang berkembang dan implan dalam rahim ibu selama kehamilan Melalui pembuluh darah di tali pusat, janin menerima semua nutrisi yang diperlukan, oksigen, dan dukungan hidup dari ibu melalui plasenta.Limbah produk dan karbon dioksida dari janin dikirim kembali melalui tali pusat dan plasenta ke sirkulasi ibu untuk dihilangkan.


Ilustrasi menunjukkan sirkulasi janin

            Darah dari ibu memasuki janin melalui pembuluh darah di tali pusat. ke hati dan terbagi menjadi tiga cabang. Darah kemudian mencapai vena cava inferior, vena utama terhubung ke jantung.

Di dalam jantung janin:

    1.Darah memasuki atrium kanan, ruang di sisi kanan atas jantung. Sebagian besar darah mengalir ke sisi kiri melalui lubang janin khusus antara atrium kiri dan kanan, yang disebut foramen ovale.
    2.Darah kemudian melewati ke ventrikel kiri (majelis rendah hati) dan kemudian ke aorta, (arteri  besar yang datang dari hati).
    3.Dari aorta, darah dikirim ke ekstremitas kepala dan bagian atas. Setelah beredar di sana, darah kembali ke atrium kanan jantung melalui vena kava superior.
    4.Sekitar sepertiga dari darah memasuki atrium kanan tidak mengalir melalui foramen ovale, tetapi, sebaliknya, tetap di sisi kanan jantung, akhirnya mengalir ke arteri pulmonalis.

           
Karena plasenta melakukan pekerjaan pertukaran oksigen (O2) dan karbon dioksida (CO2) melalui sirkulasi ibu, paru-paru janin tidak digunakan untuk bernapas. Alih-alih darah mengalir ke paru-paru untuk mengambil oksigen dan kemudian mengalir ke seluruh tubuh, sirkulasi janin (bypasses) sebagian besar darah dari paru-paru. Pada janin, darah didorong dari arteri pulmonalis ke aorta melalui pembuluh darah yang menghubungkan disebut ductus arteriosus.
Sirkulasi darah setelah melahirkan:

            Dengan napas pertama bayi membutuhkan udara saat lahir, perubahan sirkulasi janin. Sebuah jumlah yang lebih besar dari darah dikirim ke paru-paru untuk mengambil oksigen.

            Karena ductus arteriosus (sambungan normal antara aorta dan katup pulmonalis) tidak lagi dibutuhkan, itu mulai layu dan menutup.
Sirkulasi dalam meningkatkan paru-paru dan darah mengalir lebih ke dalam atrium kiri jantung. Ini peningkatan tekanan menyebabkan foramen ovale untuk menutup dan darah bersirkulasi secara normal.
Sistem kardiovaskuler ialah sistem organ pertama yang berfungsi dalam perkembangan manusia.Pembentukan pembuluh darah dan sel darah dimulai pada minggu ketiga dan bertujuan menyuplai embrio dengan oksigen dan nutrien dari ibu.Pada akhir minggu ketiga tabung jantung mulai berdenyut dan sistem kardiovaskuler primitif berhubungan dengan embrio,korion dan yolk sac,selam minggu keempat dan kelima jantung berkembang menjadi empat serambi,pada tahap akhir masa embrio perkembangan jantung lengkap.
           
Paru-paru janin tidak berfungsi untuk pertukaran udara pernafasan,sehingga jalur sirkulasi khusus dibentuk untuk menggantikan fungsi paru-paru.
            Darah yang kaya akan oksigen dan nutrisi mengalir dari plasenta dengan cepat melalui vena umbilikalis ke dalam abdomen janin,ketika vena umbilikalis mencapai hati,vena ini bercabang dua,satu vena mengalirkan darah yang mengandung oksigen melalui hati,kebanyakan darah melalui duktus venosus arantii menuju ke vena kava inferior.Di vena kava inferior darah bercampur dengan darah yang tidak mengandung oksigen yang berasal dari kaki dan abdomen janin,dalam perjalanannya menuju atrium kanan sebagian besar darah ini mengalir langsung melalui atrium kanan dan melalui foramen ovale,satu muara menuju ke atrium kiri.
           
Di atrium kiri darah bercampur dengan sejumlah kecil darah yang tidak mengandung oksigen dari paru janin melalui vena pulmoner,darah mengalir ke dalam ventrikel kiri dan dipompa masuk ke dalam aorta.Di aorta,arteri yang menyuplai jantung,kepala,leher dan lengan menerima sebagian besar darah yang kaya oksigen.Pola yang mengalirkan oksigen dan nutrien berkadar tertinggi ke kepala,leher dan lengan ini membantu perkembangan sefalokaudal embrio-janin
Darah terdeoksigenasi yang kembali dari kepala dan lengan masuk ke atrium kanan menuju vena kava superior.Darah ini langsung dialirkan ke bawah menuju ventrikel kanan.Sejumlah kecil darah bersirkulasi melalui jaringan paru yang memiliki tahanan,tetapi sebagian besar mengalir melalui jalur yang dengan tahanan yang lebih kecil menuju duktus arteriosus kemudian ke aorta dan terus menuju arteri keluar yang memperdarahi kepala dan lengan dengan darah yang mengandung oksigen.Darah yang miskin oksigen mengalir melalui aorta abdominalis dan masuk ke dalam arteri iliaka interna,tempat arteri umbilikalis secara langsung mengembalikan sebagian besar darah ke plasenta melalui tali pusat
Pada sistem peredaran darah ini akan dibahas tentang : faktor-faktor penentu dalam sistem peredaran darah janin, komponen/organ yang terlibat, mekanisme dan faktor-faktor penting yang mengubah peredaran darah janin.
Sirkulasi darah janin dalam rahim tidak sama dengan sirkulasi darah pada bayi dan anak. Dalam rahim, paru-paru tidak berfungsi sebagai alat pernafasan, pertukaran gas dilakukan oleh plasenta. Sistem peredaran darah janin ditentukan oleh faktor-faktor sebagai berikut:
    1. Foramen Ovale
       Merupakan lubang sementara di antara serambi kiri dan serambi kanan yang memungkinkan     sebagian darah masuk dari vena cava inferior menyeberang ke serambi kiri. Alasan pengalihan ini adalah darah tidak perlu lagi melewati paru-paru karena telah teroksigenisasi.
    2. Duktus Arteriosus Bothalli
Merupakan saluran yang terdapat antara arteri pulmonalis dan aorta.
    3. Duktus Venosus Arantii
Menghubungkan antara vena umbilikal dengan vena cava inferior. Pada titik ini darah bercampur dengan darah yang telah diambil oksigennya yang kembali dari tubuh bagian bawah.
    4. Vena Umbilikal
Memanjang dari tali pusar menuju ke bagian bawah hati dan membawa darah yang mengandung oksigen dan sari makanan. Ia memiliki cabang yang bertemu dengan vena porta dan masuk ke hati.
Komponen/Organ yang Terlibat dalam Pembuluh Darah Janin
Dalam sistem peredaran darah janin tidak hanya melibatkan pembuluh darah saja tetapi juga melibatkan organ tubuh janin di antaranya sebagai berikut:
    1. Plasenta
Tempat terjadinya pertukaran darah bersih dengan yang kotor.
    2. Umbilikalis
Mengalirkan darah dari plasenta ke janin dan dari janin ke plasenta.
    3. Hati
Terdapatnya percabangan antara vena porta dengan duktus venosus arantii.
    4. Jantung
Terdapatnya foramen ovale yang langsung menyalurkan darah dari atrium dekstra ke atrium sinistra.
    5. Paru-paru
Terdapatnya duktus arteriosus bothalli.
Mekanisme Peredaran Darah Janin
Mula-mula darah yang kaya akan oksigen dan nutrisi yang berasal dari plasenta masuk ke janin melalui vena umbilikus yang bercabang dua setelah memasuki dinding perut yaitu :
a. Cabang yang kecil bersatu dengan vena porta, darahnya beredar dalam hati dan kemudian diangkut melalui vena hepatika ke vena cava inferior.
b. Cabang satunya lagi duktus venosus arantii yang langsung masuk ke dalam vena cava inferior.
Darah dari vena cava inferior masuk ke atrium kanan dan sebagian besar darah dari atrium kanan akan dialirkan ke atrium kiri melalui foramen ovale. Sebagian kecil darah dari atrium kanan masuk ke ventrikel kanan bersama-sama dengan darah yang berasal dari vena cava superior. Darah dari ventrikel kanan ini dipompakan ke paru-paru melalui arteri pulmonalis, karena adanya tahanan dari paru-paru yang belum mengembang maka darah yang terdapat pada arteri pulmonalis sebagian akan dialirkan ke aorta melalui duktus arteriosus bothalli dan sebagian kecil akan menuju paru-paru dan selanjutnya ke atrium sinistra melaui vena pulmonalis.
Sementara itu darah yang terdapat pada atrium kiri kemudian dialirkan ke ventrikel kiri dan diteruskan ke seluruh tubuh melaui aorta guna memberikan oksigen dan nutrisi bagi tubuh bawah. Cabang aorta bagian bawah ini menjadi 2 (dua) arteri hipograstika interna yang mempunyai cabang arteri umbilikalis.
Darah yang miskin nutrisi dan banyak karbondioksida serta sisa metabolisme akan dikembalikan ke plasenta melalui arteri umbilikalis ke plasenta melalui arteri umbilikalis untuk mengadakan pertukaran gas selanjutnya. Foramen ovale dan duktus arteriosus berfungsi sebagai saluran/jalan pintas yang memungkinkan sebagian besar dari cardiac output yang sudah terkombinasi kembali ke placenta tanpa melalui paru-paru.


























Patofisiologi singkat Anemia

1.     Pengertian
Anemia adalah suatu keadaan yang menggambarkan kadar hemoglobin atau jumlah eritrosit dalam darah kurang dari nilai standar (normal).Anemia bisa juga disebabkan oleh kehilangan darah dalam jumlah banyak akibat kecelakaan, karena ketidakmampuan tubuh memproduksi sel darah merah yang cukup, dan bisa juga disebabkan oleh kelainan bawaan atau genetik (keturunan). Ukuran hemoglobin normal
·        Laki-laki sehat mempunyai Hb: 14 gram – 18 gram
·        Wanita sehat mempunyai Hb: 12 gram – 16 gram Tingkat pada anemia
·        Kadar Hb 10 gram – 8 gram disebut anemia ringan
·        Kadar Hb 8 gram – 5 gram disebut anemia sedang.
·       
ng dari 5 gram disebut anemia berat.

Jenis dari anemia sendiri bermacam-macam karena dibedakan menurut faktor penyebabnya. Berikut ini adalah diagnosa penyebab anemia menurut ilmu kedokteran:
Ø  Anemia hemoragi
Anemia hemoragi disebabkan oleh kehilangan darah akut. Sumsum tulang secara bertahap akan memproduksi sel darah merah baru untuk kembali ke kondisi normal
Ø  Anemia defisiensi zat besi
Anemia jenis ini terjadi sebagai akibat dari penurunan asupan makanan, penurunan daya absorbsi, atau kehilangan zat besi secara berlebihan
Ø  Anemia aplastik
Anemia aplastik atau sumsum tulang tidak aktif ini ditandai dengan penurunan sel darah merah secara besar-besaran. Hal ini dapat terjadi karena paparan radiasi yang berlebihan, keracunan zat kimia, atau kanker
Ø  Anemia pernicious
Anemia pernicious ini disebabkan oleh tidak terdapatnya vitamin b12 di dalam diri seseorang
Ø  Anemia sel sabit (sickle cel anemia)
Ini merupakan jenis anemia yang dipengaruhi oleh faktor keturunan. Anemia sel sabit disebabkan oleh molekul hemoglobin yang berbeda dari hemoglobin normalnya karena penggantian salah satu asam amino pada rantai polipeptida beta.
Hal ini menyebabkan sel darah merah terdistrosi  menjadi bentuk sabit dalam kondisi konsentrasi oksigen yang rendah. Sel - sel terdistorsi ini menutup kapilar dan mengganggu aliran darah.


2.     Tanda dan Gejala
Gejala anemia :
Bila anemia terjadi dalam waktu yang lama, konsentrasi Hb ada dalam jumlah yang sangat rendah sebelum gejalanya muncul. Gejala- gejala tersebut berupa :
·         asimtomatik : terutama bila anemia terjadi dalam waktu yang lama
·         letargi
·         nafas pendek atau sesak, terutama saat beraktfitas
·         pusing
·         palpitasi
sedangkan, tanda-tanda dari anemia yang harus diperhatikan saat pemeriksaan yaitu :
·         pucat pada membrane mukosa, yaitu mulut, konjungtiva, kuku.
·         sirkulasi hiperdinamik, seperti takikardi, pulse yang menghilang, aliran murmur sistolik.
·         gagal jantung
·         perdarahan retina
tanda-tanda spesifik pada pasien anemia diantaranya :
·         glossitis : terjadi pada pasien anemia megaloblastik, anemia defisiensi besi
·         stomatitis angular : terjadi pada pasien anemia defisiensi besi.
·         jaundis (kekuningan) : terjadi akibat hemolisis, anemia megaloblastik ringan.
·         splenomegali : akibat hemolisis, dan anemia megaloblastik.
·         ulserasi di kaki : terjadi pada anemia sickle cell
·         deformitas tulang : terjadi pada talasemia
·         neuropati perifer, atrofi optik, degenerasi spinal, merupakan efek dari defisiensi vitamin b12.
·         garing biru pada gusi (burton’s line), ensefalopati, dan neuropati motorik perifer sering terlihat pada pasien yang keracunan metal.


3.     Penyebab
Penyebab anemia umumnya adalah :
-          Kurang gizi (malnutrisi)
-          Kurang zat besi dalam diet.
-          Malabsorpsi
-          Kehilangan darah yang banyak: persalinan yang lalu, dan lain-lain.
-          Penyakit – penyakit kronik: TBC, Paru-paru, cacing usus, malaria, dan lain-lain.




4.     Patofisiologi
            Gejala klinis yang muncul merefleksikan gangguan fungsi dari berbagai sistem dalam tubuh antara lain penurunan kinerja fisik, gangguan neurologik (syaraf) yang dimanifestasikan dalam perubahan perilaku, anorexia (badan kurus kerempeng), pica, serta perkembangan kognitif yang abnormal pada anak. Sering pula terjadi abnormalitas pertumbuhan, gangguan fungsi epitel, dan berkurangnya keasaman lambung. Cara mudah mengenal anemia dengan 5L, yakni lemah, letih, lesu, lelah, lalai. Kalau muncul 5 gejala ini, bisa dipastikan seseorang terkena anemia. Gejala lain adalah munculnya sklera (warna pucat pada bagian kelopak mata bawah). Anemia bisa menyebabkan kelelahan, kelemahan, kurang tenaga dan kepala terasa melayang. Jika anemia bertambah berat, bisa menyebabkan stroke atau serangan jantung(Sjaifoellah, 1998).
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum atau kehilangan sel darah merah secara berlebihan atau keduanya.  Kegagalan sumsum dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui.  Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemplisis (destruksi), hal ini dapat akibat defek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah yang menyebabkan destruksi sel darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau dalam system retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa.  Hasil samping proses ini adalah bilirubin yang akan memasuki aliran darah.  Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direfleksikan dengan peningkatan bilirubin plasma (konsentrasi normal ≤ 1 mg/dl, kadar diatas 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera).
Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, (pada kelainan hemplitik) maka hemoglobin akan muncul dalam plasma (hemoglobinemia).  Apabila konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas haptoglobin plasma (protein pengikat untuk hemoglobin bebas) untuk mengikat semuanya, hemoglobin akan berdifusi dalam glomerulus ginjal dan kedalam urin (hemoglobinuria).
Kesimpulan mengenai apakah suatu anemia pada pasien disebabkan oleh penghancuran sel darah merah atau produksi sel darah merah yang tidak mencukupi biasanya dapat diperleh dengan dasar:
1. hitung retikulosit dalam sirkulasi darah;
2. derajat proliferasi sel darah merah muda dalam sumsum tulang dan cara pematangannya, seperti yang terlihat dalam biopsi; dan ada tidaknya hiperbilirubinemia dan hemoglobinemia.
Anemia
viskositas darah menurun
resistensi aliran darah perifer
penurunan transport O2 ke jaringan
hipoksia, pucat, lemah
beban jantung meningkat
kerja jantung meningkat
payah jantung





5.     Masalah Keperawatan
5.1  Intoleransi aktivitas
Tanda : kelemahan, banyak istirahat, palpitasi, takikardi, peningkatan TD, dispnea.
Kriteria evaluasi : peningkatan toleransi aktivitas ; nadi, pernafasan dan tekanan darah normal.
Intervensi :
o   Kaji kemampuan melakukan tugas, catat adanya kelelahan dan kesulitan melakukan tugas
o   Kaji gangguan keseimbangan jalan dan kelemahan otot
o   Awasi vital sign selama dan sesudah aktivitas
o   Ubah posisi perlahan, pantau terhadap pusing
o   Beri bantuan aktivitas/ambulasi bila perlu
o   Anjurkan menghentikan aktivitas bila palpitasi, nyeri dada, nafas pendek, kelemahan dan pusing.

5.2   Perubahan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Tanda                       :                                              penurunan BB, perubahan mukosa mulut ; kehilangan tonus otot
Kriteria evaluasi       :                                              peningkatan BB/stabil dengan nilai Laboratorium normal ; tidak ada tanda malnutrisi
                   Intervensi            :
o   Observasi dan catat masukan makanan
o   Timbang berat badan setiap hari
o   Observasi mual/muntah, flatus dan gejala lain
o   Berikan dan Bantu hygiene mulut yang baik
o   Berikan pencuci mulut yang diencerkan bila mukosa oral luka
o   Pantau hasil lab : Hb/Hmt, protein, besi, B12, asam folat dan elektrolit serum
o   Beri obat sesuai interuksi : vitamin, mineral, besi oral
o   Beri diet halus, rendah serat, tidak merangsang

5.3   Resiko tinggi terhadap infeksi
                                             Kriteria evaluasi                     :    mengidentifikasi perilaku untuk mencegah resiko infeksi, meningkatkan penyembuhan luka dan bebas demam.
 Intervensi                   :
-          Tingkatkan cuci tangan yang baik oleh pemberi perawatan dan klien
-          Pertahankan tehnik aseptic
-          Berikan perawatan kulit, perianal dan oral
-          Tingkatkan masukan cairan adekuat
-          Pantau dan batasi pengunjung, beri isolasi
-          Pantau suhu
-          Ambil spesimen untuk kultur sesuai indikasi
-          Berikan antiseptic topical ; antibiotic sistemik

5.4   Kerusakan integritas kulit/resiko kerusakan integritas kulit
                                               Kriteria evaluasi                     :    Mengidentifikasi factor-faktor perilaku untuk mencegah cidera kulit.
Intervensi   :
-          Catat adanya perubahan pada turgor, warna, hangat local, eritema
-          Ubah posisi secara periodic
-          Ajarkan agar kulit tetap kering dan bersih
-          Bantu latihan rentang gerak pasif
-          Gunakan alat pelindung ; kasur tekanan udara, bantal sesuai indikasi

5.5   Konstipasi/diare berhubungan dengan penurunan masukan diet, perubahan pencernaan, efek samping terapi oral.
                                               Tanda         :                           perubahan frekuensi, karakteristik dan jumlah feces ; mual/muntah ; anoreksia; nyeri abdomen tiba-tiba, gangguan bunyi usus.
                                               Kriteria evaluasi                     :    fungsi usus normal ; perubahan perilaku hidup yang diperlukan sebagai penyebab.
Intervensi   :
-          Observasi warna, konsistensi, frekuensi, jumlah.
-          Auskultasi bunyi usus
-          Awasi masukan/keluaran
-          Dorong masukan 2500-3000 ml
-          Konsul dengan ahli gizi : diet tinggi serat
-          Berikan pelembek feces atau enema sesuai indikasi
-          Berikan obat anti diare sesuai indikasi

5.6   Perubahan perfusi jaringan
                   Kemungkinan dibuktikan oleh :
palpitasi, kulit pucat, membrane mukosa kering, kuku dan rambut rapuh, ekstremitas dingin, penurunan haluaran urine, penurunan tekanan darah capilari refill melambat, disorientasi.
Kriteria evaluasi                     :    menunjukkan perfusi adekuat ; tanda vital stabil, membrane mukosa berwarna merah muda, capilari refill baik, mental baik.
                   Intervensi :
-          Awasi tanda vital, kaji pengisian kapiler, warna kulit/membrane mukosa dan kuku
-          Tinggikan kepala tempat tidur sesuai toleransi
-          Awasi upaya pernafasan : auskultasi bunyi nafas
-          Selidiki keluhan nyeri dada dan palpitasi
-          Kaji respon verbal melambat, agitasi bingung
-          Catat keluhan dingin, pertahankan suhu lingkungan sesuai indikasi
-          Awasi pemeriksaan laboratorium : Hb, Mmt dan jumlah eritrosit
-          Berikan sel darah merah sesuai indikasi
-          Berikan oksigen sesuai indikasi

6.     Komplikasi
Anemia sel sabit dapat menghancurkan organ-organ tubuh. Nyeri dan pembengkakan di jari kaki dan pergelangan kaki merupakan salah satu tanda pertama anemia sel sabit. Penyumbatan pembuluh darah juga dapat menimbulkan rasa sakit di tangan.
Sel darah merah sabit bisa menghalangi aliran darah ke berbagai organ, termasuk limpa, paru-paru, otak, mata, dan pembuluh darah yang menyuplai jantung serta paru-paru.
Komplikasi yang mungkin terjadi akibat anemia sel sabit diantaranya adalah:
1)      infeksi
2)      pneumonia
3)      kerusakan mata
4)      kecacatan akibat stroke hemoragik atau stroke iskemik (karena kekurangan oksigen ke otak)
5)      pembesaran limpa
6)      hipertensi arteri paru-paru (peningkatan tekanan dalam paru-paru)
7)      ulcer (borok) di kaki karena buruknya aliran darah ke kulit
8)      gagal ginjal
9)      batu empedu, karena terlalu banyak sel darah merah yang hancur maka bilirubin dalam aliran darah menjadi banyak sehingga dapat menyebabkan batu empedu.
10)  mual dan sakit perut karena serangan pada kandungan empedu dan batu empedu


EFINISI
Anemia adalah kondisi dimana tubuh tidak memiliki cukup sel darah merah untuk mencukupi kebutuhan oksigen jaringan tubuh anda. Jika anda terkena anemia, anda akan merasa sangat lemah. Anemia dapat bersifat sementara atau lama dan dapat bervariasi dari yang ringan hingga berat.
Jika anda terkena anemia, hendaknya segera temui dokter anda karena anemia dapat menjadi tanda dari penyakit yang serius. Pengobatan anemia bisa berupa pemberin suplemen sampai tindakan medis. Anda dapat mencegah anemia dengan makan makanan yang bergizi.

GEJALA

Tanda dan gejala anemia antara lain:
•    Lemah
•    Kulit pucat
•    Detak jantung cepat atau tidak teratur
•    Napas pendek
•    Nyeri pada dada
•    Pusing
•    Tangan dan kaki terasa dingin
•    Sakit kepala

Penyebab & Faktor Risiko

Penyebab
Darah terdiri dari plasma dan sel. Ada tiga jenis sel darah:
•    Sel darah putih (leukosit). Sel darah ini berguna untuk melawan infeksi.
•    Platelets / keping darah. Sel darah ini membantu membekukan darah saat terluka.
•     Sel darah putih (eritrosit). Sel darah merah ini membawa oksigen dari paru-paru melalui aliran darah menuju otak dan organ serta jaringan lain. Tubuh memerlukan suplai oksigen untuk berfungsi. Sel darah merah mengandung hemoglobin yang merupakan protein yang kayak dengan zat besi yang memberikannya warna merah.
Banyak sel darah diproduksi oleh sumsum tulang belakang. Untuk dapat memproduksi sel darah merah dan hemoglobin, tubuh anda membutuhkan zat besi, mineral, protein dan vitamin lainnya dari makanan yang anda makan.
Penyebab umum anemia
Anemia terjadi ketika tubuh memproduksi terlalu sedikit sel darah merah, kehilangan terlalu banyak sel darah merah atau mematikan sel darah merah lebih banyak daripada menggantinya. Beberapa jenis anemia dan penyebabnya adalah:
•    Iron deficiency anemia. Penyebab anemia jenis ini adalah kekurangan zat besi di tubuh. Sumsum tulang membutuhkan zat besi untuk membuat hemoglobin. Tanpa zat besi yang cukup, tubuh tidak akan memproduksi cukup hemoglobin untuk sel darah merah.
•    Vitamin deficiency anemia. Sebagai tambahan dari zat besi, tubuh juga membutuhkan folat dan vitamin B-12 untuk menghasilkan cukup sel darah merah. Asupan makanan yang rendah zat tersebut dan nutrisi penting lain dapat menyebabkan penurunan produksi sel darah merah. Sebagai tambahan, beberapa orang tidak dapat dengan efektif menyerap vitamin B-12.
•    Anemia of chronic disease. Penyakit kronis tertentu, contohnya kanker dan HIV/AIDS. Dapat mempengaruhi produksi sel darah merah, menghasilkan anemia kronis. Gagal ginjal juga dapat menyebabkan anemia.
•    Aplastic anemia. Jenis ini sangat jarang terjadi dan merupakan kondisi yang mengancam jiwa. Ini disebabkan oleh berkurangnya kemampuan sumsum tulang belakang untuk menghasilkan ketiga jenis sel darah. Penyebabnya tidak diketahui.
•    Anemias associated with bone marrow disease. Kondisi seperti leukemia dan myelodysplasia dapat menyebabkan anemia yang menyebabkan produksi darah di sumsum tulang belakang berkurang.
•    Hemolytic anemias. Ini terjadi ketika sel darah merah hancur lebih cepat dan sumsum tulang belakang tidak mampu mengimbanginya dengan menghasilkan sel darah merah pengganti. Penyakit tertentu seperti gangguan pada darah dapat menjadi penyebab. Serta gangguan autoimun tubuh dapat menyebabkan tubuh menghasilkan antibodi terhadap sel darah merah sehingga menghancurkan sel darah merah.
•    Sickle cell anemia. Jenis anemia ini disebabkan oleh kecacatan bentuk hemoglobin yang membuat sel darah merah terbentuk seperti sabit. Sel darah merah ini mati secara prematur dan menyebabkan kondisi kronis kurangnya sel darah merah.
•    Anemia lain. Anemia jenis ini berbeda dari yang lain, antara lain thalassemia dan anemia yang disebabkan oleh kecacatan hemoglobin.
Faktor risiko
Beberapa faktor yang mungkin meningkatkan peluang terjadinya anemia antara lain:
•    Rendahnya asupan gizi pada makanan.
•    Gangguan kesehatan usus kecil atau operasi yang berkenaan dengan usus kecil.
•    Menstruasi.
•    Kehamilan.
•    Kondisi kronis seperti kanker, gagal ginjal atau kegagalan hati.
•    Faktor keturunan.
Infeksi tertentu seperti gangguan pada darah dan autoimun, terkena racun kimia, dan menggunakan beberapa obat yang berpengaruh pada produksi sel darah merah dan menyebabkan anemia.
Risiko lain adalah diabetes, alkohol dan orang yang menjadi vegetarian ketat dan kurang asupan zat besi atau vitamin B-12 pada makanannya.
Pencegahan
Banyak jenis anemia tidak dapat dicegah. Tapi anda dapat membantu menghindari iron deficiency anemia dan vitamin deficiency anemias dengan makanan sehat yang mengandung:
•    Zat besi. Dapat ditemukan pada daging. Jenis lain adalah kacang, sayuran berwana hijau gelap, buah yang dikeringkan, dan lain-lain.
•    Folat. Dapat ditemukan pada jeruk, pisang, sayuran berwarna hijau gelap, kacang-kavangan, sereal dan pasta.
•    Vitamin B-12. Vitamin ini banyak terdapat pada daging dan susu.
•    Vitamin C. Vitamin C membantu penyerapan zat besi. Makanan yang mengandung vitamin C antara lain jeruk, melon dan buah beri.
Makanan yang mengandung zat besi penting untuk mereka yang membutuhkan zat besi tinggi seperti pada anak-anak, wanita menstruasi dan wanita hamil. Zat besi yang cukup juga penting untuk bayi, vegetarian dan atlet.


















Patofisiologi dan Manifestasi klinis Anemia
By MentariHelsyOrma
 Patofisiologi
        Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sum-sum tulang atau kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sum-sum tulang dapt terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, inuasi tumor, atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi) pada kasus yang disebut terakhir, masalah dapat akibat efek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah normal atau akibat beberapa factor diluar sel darah merah yang menyebabkan destruksi sel darah merah.

              Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam system fagositik atau dalam system retikuloendotelial terutama dalam hati dan limpa. Sebagai hasil samping proses ini bilirubin yang sedang terbentuk dalam fagosit akan masuk dalam aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direpleksikan dengan meningkatkan bilirubin plasma (konsentrasi normalnya 1 mg/dl atau kurang ; kadar 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera.

             Anemia merupakan penyakit kurang darah yang ditandai rendahnya kadar hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit). Fungsi darah adalah membawa makanan dan oksigen ke seluruh organ tubuh. Jika suplai ini kurang, maka asupan oksigen pun akan kurang. Akibatnya dapat menghambat kerja organ-organ penting, Salah satunya otak. Otak terdiri dari 2,5 miliar sel bioneuron. Jika kapasitasnya kurang, maka otak akan seperti komputer yang memorinya lemah, Lambat menangkap. Dan kalau sudah rusak, tidak bisa diperbaiki (Sjaifoellah, 1998).

Manifestasi klinis
            Gejala klinis yang muncul merefleksikan gangguan fungsi dari berbagai sistem dalam tubuh antara lain penurunan kinerja fisik, gangguan neurologik (syaraf) yang dimanifestasikan dalam perubahan perilaku, anorexia (badan kurus kerempeng), pica, serta perkembangan kognitif yang abnormal pada anak. Sering pula terjadi abnormalitas pertumbuhan, gangguan fungsi epitel, dan berkurangnya keasaman lambung. Cara mudah mengenal anemia dengan 5L, yakni lemah, letih, lesu, lelah, lalai. Kalau muncul 5 gejala ini, bisa dipastikan seseorang terkena anemia. Gejala lain adalah munculnya sklera (warna pucat pada bagian kelopak mata bawah).

            Anemia bisa menyebabkan kelelahan, kelemahan, kurang tenaga dan kepala terasa melayang. Jika anemia bertambah berat, bisa menyebabkan stroke atau serangan jantung(Sjaifoellah, 1998).






ANEMIA PADA IBU HAMIL


A.    Kehamilan
Kehamilan secara alami dapat terjadi dengan terpenuhinya beberapa persyaratan mutlak, antara lain : sperma suami yang normal, mulut rahim dan rongga rahim yang normal, saluran telur (tubafallopi) yang intak (bebas dan tidak buntu), indung telur (ovarium) normal, serta pertemuan sel sperma dan sel telur (ovum) pada saat yang tepat (masa subur) (Prasetyadi, Frans.O.H, 2012 : 19).
Fertilisasi merupakan proses terjadinya pembuahan yaitu saat sel sperma dan sel telur bertemu. Proses ini adalah salah satu proses biologis yang sangat penting, diawali dengan pelepasan sel telur (ovulasi) oleh indung telur pada puncak masa subur. Pembuahan dapat terjadi dalam waktu beberapa jam setelah ovulasi, proses ini terjadi di saluran telur (Prasetyadi, Frans.O.H, 2012 : 20).
Tiga pembagian waktu kehamilan yaitu trimester pertama apabila kehamilan masih berumur 0-12 minggu. Trimester kedua, apabila umur kehamilan lebih dari 12-28 minggu, serta trimester ketiga apabila umur kehamilan lebih dari 28-40 minggu (Siswosuharjo, Suwignyo, dkk, 2010 : 43).

B.     Anemia Pada Ibu Hamil
1.      Definisi Anemia Pada ibu Hamil
Menurut WHO (1992) anemia adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin lebih rendah dari batas normal untuk kelompok orang yang bersangkutan (Tarwoto, dkk, 2007 : 30).
Anemia merupakan suatu keadaan adanya penurunan kadar hemoglobin dibawah nilai normal. Pada penderita anemia lebih sering disebut dengan kurang darah, kadar sel darah merah dibawah nilai normal (Rukiyah, Ai Yeyeh, dkk, 2010 : 114).
Anemia adalah kondisi dimana berkurangnya sel darah merah dalam sirkulasi darah atau massa hemoglobin sehingga tidak mampu memenuhi fungsinya sebagai pembawa oksigen keseluruh jaringan (Tarwoto, dkk, 2007 : 30).
Ibu hamil dikatakan anemia jika hemoglobin darahnya kurang dari 11gr%. Bahaya anemia pada ibu hamil tidak saja berpengaruh  terhadap keselamatan dirinya, tetapi juga pada janin yang dikandungnya (Wibisono, Hermawan, dkk, 2009 : 101).
Penyebab paling umum dari anemia pada kehamilan adalah kekurangan zat besi. Hal ini penting dilakukan pemeriksaan untuk anemia pada kunjungan pertama kehamilan. Bahkan, jika tidak mengalami anemia pada saat kunjungan pertama, masih mungkin terjadi anemia pada kehamilan lanjutannya (Proverawati, 2011 : 129).
Anemia juga disebabkan oleh kurangnya konsumsi makanan yang mengandung zat besi atau adanya gangguan penyerapan zat besi dalam tubuh (Wibisono, Hermawan, dkk, 2009 : 101).
2.      Tanda dan gejala anemia pada Ibu Hamil
Bila kadar Hb < 7gr% maka gejala dan tanda anemia akan jelas. Nilai ambang batas yang digunakan untuk menentukan status anemia ibu hamil berdasarkan kriteria WHO tahun 1972 ditetapkan 3 kategori yaitu:
a.       Normal > 11gr%
b.      Ringan 8-11gr%
c.       Berat <8gr%
(Rukiyah, Ai Yeyeh, dkk, 2010 : 114)
Gejala yang mungkin timbul pada anemia adalah keluhan lemah, pucat dan mudah pingsan walaupun tekanan darah masih dalam batas normal (Feryanto, Achmad, 2011 : 37).
Menurut Proverawati (2011) banyak gejala anemia selama kehamilan, meliputi:
a.       Merasa lelah atau lemah
b.      Kulit pucat progresif
c.       Denyut jantung cepat
d.      Sesak napas
e.       Konsentrasi terganggu

3.      Penyebab Anemia Pada Ibu Hamil
Menurut Tarwoto,dkk, (2007:13) penyebab anemia secara umum adalah:
a.       Kekurangan zat gizi dalam makanan yang dikonsumsi, misalnya faktor kemiskinan.
b.      Penyerapan zat besi yang tidak optimal, misalnya karena diare.
c.       Kehilangan darah yang disebabkan oleh perdarahan menstruasi yang banyak, perdarahan akibat luka.
Sebagian besar anemia di Indonesia penyebabnya adalah kekuangan zat besi. Zat besi adalah salah satu unsur gizi yang merupakan komponen pembentuk Hb. Oleh karena itu disebut “Anemia Gizi Besi”.
Anemia gizi besi dapat terjadi karena hal-hal berikut ini:
a.       Kandungan zat besi dari makanan yang dikonsumsi tidak mencukupi kebutuhan.
b.      Meningkatnya kebutuhan tubuh akan zat besi.
c.       Meningkatnya pengeluaran zat besi dari tubuh.
(Feryanto, Achmad, 2011 : 37-38)
4.      Patofisiologi Anemia Pada Ibu Hamil
Perubahan hematologi sehubungan dengan kehamilan adalah karena perubahan sirkulasi yang semakin meningkat terhadap plasenta dan pertumbuhan payudara. Volume plasma meningkat 45-65% pada trimester II kehamilan dan maksimum terjadi pada pada bulan ke-9, menurun sedikit menjelang aterm serta kembali normal 3 bulan setelah partus (Rukiyah, Ai Yeyeh, dkk, 2010 : 115).
5.      Klasifikasi Anemia Dalam Kehamilan
Klasifikasi Anemia Dalam kehamilan menurut Tarwoto,dkk, (2007 : 42-56) adalah sebagai berikut:
a.       Anemia Defesiensi Besi
Anemia defesiensi besi merupakan jenis anemia terbanyak didunia, yang disebabkan oleh suplai besi kurang dalam tubuh.


b.      Anemia Megaloblastik
Anemia yang disebabkan karena defesiensi vitamin B12 dan asam folat.
c.       Anemia Aplastik
Terjadi akibat ketidaksanggupan sumsum tulang membentuk sel-sel darah. Kegagalan tersebut disebabkan kerusakan primer sistem sel yang mengakibatkan anemia.
d.      Anemia Hemolitik
Anemia Hemolitik disebabkan karena terjadi peningkatan hemolisis dari eritrosit, sehingga usianya lebih pendek.
e.       Anemia Sel Sabit
Anemia sel sabit adalah anemia hemolitika berat dan pembesaran limpa akibat molekul Hb.
6.      Diagnosis Anemia pada kehamilan
Pemeriksaan Hb dapat dilakukan dengan menggunakan alat Sahli, yaitu membandingkan secara visual warna darah dengan alat standar.
a.       Alat dan bahan
1.      Lancet/jarum penusuk
2.      Kapas alkohol dalam tempatnya
3.      Bengkok
4.      Kapas kering
5.      Hb meter
6.      Alat pengaduk
7.      Aquadest
8.      HCl 0,1 n
b.      Prosedur kerja
1)      Jelaskan prosedur yang dilakukan
2)      Cuci tangan
3)      Berikan HCl 0,1 n pada tabung Hb meter sebanyak 5 tetes
4)      Desinfeksi dengan kapas alkohol pada daerah yang akan dilakukan penusukan pada kapiler di jari tangan atau tungkai
5)      Lakukan penusukan dengan lancet atau jarum pada daerah perifer seperti jari tangan.
6)      Setelah darah keluar, usap dengan kapas kering
7)      Kemudian ambil darah dengan pengisap pipet sampai garis yang ditentukan
8)      Masukkan ke dalam tabung Hb meter dan encerkan dengan aquadest hingga warna sesuai dengan pembanding Hb meter
9)      Baca hasil tunggu 5 menit dengan g % ml darah
10)  Cuci tangan setelah prosedur dilakukan
(Hidayat, A.Azis, dkk, 2005 : 269-271)
Setelah dilakukan pengukuran Hb menggunakan Hb Sahli, WHO  menetapkan 3 kategori anemia pada ibu hamil  yaitu:
a.       Normal > 11 gr%
b.      Ringan 8-11 gr%
c.       Berat < 8 gr%
(Rukiyah, Ai Yeyeh, 2010 : 114)                          


Departemen kesehatan menetapkan derajat anemia sebagai berikut:
a.       Ringan sekali  : Hb 11g/dl-batas normal
b.      Ringan                         : Hb 8g/dl-<11g/dl
c.       Sedang                        : Hb 5g/dl-<8g/dl
d.      Berat               : < 5g/dl
(Tarwoto, dkk, 2007 : 31)
7.      Kadar Hemoglobin Pada Perempuan Dewasa  dan Ibu Hamil Menurut WHO
Adapun kadar Hb menurut WHO pada perempuan dewasa dan ibu hamil adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1
Kadar Hemoglobin Pada Perempuan Dewasa  dan Ibu Hamil Menurut WHO

Jenis Kelamin
Hb Normal
Hb Anemia Kurang Dari (gr/dl)
Lahir (aterm)
13.5-18.5
13.5
Perempuan dewasa tidak hamil
12.0-15.0
12.0
Perempuan dewasa hamil:
Trimester Pertama : 0-12 minggu
11.0-14.0
11.0
Trimester Kedua : 13-28 minggu
10.5-14.5
10.5
Trimester ketiga : 29 aterm
11.0-14.0
11.0

(Tarwoto, 2007:64)




8.      Faktor Resiko Anemia Dalam Kehamilan
Tubuh berada pada resiko tinggi untuk menjadi anemia selama kehamilan jika:
a.       Mengalami dua kehamilan yang berdekatan
b.      Hamil dengan lebih dari satu anak
c.       Sering mual dan muntah
d.      Tidak mengkonsumsi cukup zat besi
e.       Hamil saat masih remaja
f.       Kehilangan banyak darah (misalnya dari cedera atau selama operasi)
(Proverawati, Atikah, 2011 : 134)
9.      Pengaruh Anemia Pada Kehamilan
Zat besi terutama sangat diperlukan di trimester tiga kehamilan. Wanita hamil cenderung terkena anemia pada trimester ketiga, karena pada masa ini janin menimbun cadangan zat besi untuk dirinya sendiri sebagai persediaan bulan pertama sesudah lahir (Sinsin, Lis, 2008 : 65 ).
Tingginya angka kematian ibu berkaitan erat dengan anemia. Anemia juga menyebabkan rendahnya kemampuan jasmani karena sel-sel tubuh tidak cukup mendapat pasokan oksigen. Pada wanita hamil anemia meningkatkan frekuensi komplikasi pada kehamilan dan persalinan. Resiko kematian maternal, angka prematuritas, berat badan bayi lahir rendah dan angka kematian perinatal meningkat. Pengaruh anemia pada kehamilan bervariasi dari keluhan yang sangat ringan hingga terjadinya gangguan kelangsungan kehamilan (Abortus, partus prematurus), gangguan proses persalinan (atonia uteri, partus lama), gangguan pada masa nifas (daya tahan terhadap infeksi dan stress, produksi ASI rendah) dan gangguan pada janin (abortus, mikrosomia, BBLR, kematian perinatal) (Rukiyah, Ai Yeyeh, dkk, 2010 : 114-115).
10.  Pencegahan Anemia Kehamilan
Nutrisi yang baik adalah cara terbaik untuk mencegah terjadinya anemia jika sedang hamil. Makan makanan yang tinggi kandungan zat besi (seperti sayuran berdaunan hijau, daging merah dan kacang tanah) dapat membantu memastikan bahwa tubuh menjaga pasokan besi yang diperlukan untuk berfungsi dengan baik. Pemberian vitamin untuk memastikan bahwa tubuh memiliki cukup zat besi dan folat. Pastikan tubuh mendapatkan setidaknya 27 mg zat setiap hari. Jika mengalami anemia selama kehamilan, biasanya dapat diobati dengan mengambil suplemen zat besi. Pastikan bahwa wanita hamil diperiksa pada kunjungan pertama kehamilan untuk pemeriksaan anemia (Proverawati, Atikah, 2011 : 137).
11.  Pengobatan Anemia Kehamilan
Tablet tambah darah adalah tablet besi folat yang setiap tablet mengandung 200 mg ferro sulfat dan 0,25 mg asam folat. Wanita yang sedang hamil dan menyusui, kebutuhan zat besinya sangat tinggi sehingga perlu dipersiapkan sedini mungkin semenjak remaja. Minumlah 1 (satu) tablet tambah darah seminggu sekali dan dianjurkan minum 1 (satu) tablet setiap hari selama haid. Untuk ibu hamil, minumlah 1 (satu) tablet tambah darah paling sedikit selama 90 hari masa kehamilan dan 40 hari setelah melahirkan.
Perawatan diarahkan untuk mengatasi anemia. Transfusi darah biasanya dilakukan untuk setiap anemia jika gejala yang dialami cukup parah (Proverawati, Atikah, 2011 : 136).

C.    Taksiran Berat Badan Janin
1.      Pengertian Janin
Masa Embrional, meliputi masa pertumbuhan intrauterin sampai usia kehamilan 8 minggu, ketika ovum yang dibuahi mengadakan pembelahan menjadi organ-organ yang hampir lengkap sampai terbentuk struktur yang akan berkembang menjadi bentuk manusia. Misalnya sistem sirkulasi, berlanjut terus sampai minggu ke-12. Masa fetal meliputi masa pertumbuhan intrauterin antara usia kehamilan minggu ke 8-12 sampai dengan minggu ke-40 (pada kehamilan normal/aterm), ketika organisme yang telah memiliki struktur lengkap tersebut mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang pesat, sampai pada keadaan yang memungkinkan untuk hidup dan berfungsi di dunia luar (Prasetyadi, Frans.O.H, 2012 : 38).
Pengertian janin yaitu hasil dari konsepsi yang terjadi antara sel sperma dan sel telur yang tumbuh dan berkembang dalam rahim seorang wanita yang dimulai dari usia 0 s/d 36-40 minggu (Prasetyadi, Frans.O.H, 2012 : 40).
Pertumbuhan dan perkembangan janin  dalam rahim sangat dipengaruhi oleh kesehatan ibu. Jika  ibu  mengalami anemia selama kehamilan maka berisiko untuk memiliki bayi lahir prematur atau berat badan bayi lahir rendah (Kusmiyati, Yuni, dkk, 2008 : 38).
Pada bayi baru lahir, yang dikatakan berat badan normal yaitu sekitar 2500-3500 gram apabila ditemukan berat badan kurang dari 2500 gram maka dikatakan bayi memiliki berat badan lahir rendah (Hidayat, A.Azis, 2008 : 69).
Salah satu penyebab dari BBLR adalah anemia pada ibu hamil karena kekurangan zat besi. Kebutuhan zat besi sekitar sekitar 1000 mg selama hamil atau naik sekitar 200-300%. Perkiraan besarnya zat besi yang perlu ditimbun selama hamil 1.040 mg. Dari jumlah itu, 200 mg zat besi tertahan oleh tubuh ketika melahirkan dan 840 mg sisanya hilang. Sebanyak 300 mg besi ditransfer ke janin dengan rincian 50-75 mg untuk pembentukan plasenta, 450 mg untuk menambah jumlah sel darah merah dan 200 mg hilang ketika melahirkan. Kebutuhan zat besi pada trimester pertama relatif lebih sedikit yaitu sekitar 0.8 mg per hari, tetapi pada trimester dua dan trimester tiga meningkat menjadi 6.3 mg perhari (Tarwoto, dkk, 2007 : 65).
2.      Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Pada Janin
Adapun faktor- faktor yang mempengaruhi pertumbuhan berat badan janin adalah:
a.    Gizi Ibu
Gizi makanan ibu berpengaruh pada pertumbuhan janin. Pengaturan gizi yang baik akan berpengaruh positif, sedangkan bila kurang baik maka pengaruhnya negatif. Pengaruh ini tampak jelas pada bayi yang baru lahir dalam hal panjang dan besarnya. Panjang dan besarnya bayi dalam keadaan normal bila gizi juga baik. Gizi yang berlebihan mengakibatkan bayi terlalu panjang dan terlalu besar. Bayi yang terlalu panjang dan terlalu besar bisa menyulitkan proses kelahiran. Sedangkan ibu yang kekurangan gizi, bayinya pendek, kecil, dan kondisi kesehatannya kurang baik.
b.    Aktifitas Fisik
Pada saat hamil ibu tetap perlu melakukan aktifitas fisik, Tetapi terbatas pada aktifitas ringan. Aktifitas fisik yang berat bisa menyebabkan keguguran kandungan, apalagi bila dilakukan pada bulan-bulan awal kehamilan. Aktifitas fisik yang berat bisa mengakibatkan kelelahan, misalnya Ibu hamil yang bekerja terlalu berat disebabkan karena terlalu banyak aktifitas yang cukup menyita energi dan konsentrasi, besarnya janin akan menyusut atau berkembangnnya tidak baik. kelelahan dapat menurunkan nafsu makan. Jika nafsu makan menurun, maka pasokan nutrisi bagi janin dapat terganggu. Perkembangan dan pertumbuhan bayi yang ada dalam kandugan bisa terganggu dan tidak bisa berkembang sempurna.
c.    Penyakit yang di Derita Ibu
Penyakit yang diderita ibu pada saat hamil bisa berakibat negatif kepada janin yang dikandung. Akibat negatif yang bisa ditimbulkan adalah kematian pada saat di dalam kandungan atau terbentuknya organ-organ tubuh jari yang tidak sempurna atau cacat.
Penyakit ibu yang bisa menyebabkan gangguan pertumbuhan dan kematian janin di dalam kandungan antara lain : kolera, malaria, anemia dan lain-lain. (http://rosy46nelli.wordpress.com/2009/11/06/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-perkembangan-janin-dan-individu/)

3.      Penentuan Taksiran Berat Badan Janin Berdasarkan Tinggi Fundus Uteri (TFU)
Pada setiap kunjungan ibu hamil dilakukan pemeriksaan menyeluruh. Apabila hasil wawancara atau temuan fisik mencurigakan, dilakukan pemeriksaan lebih mendalam. Salah satu pemantauan kehamilan yang dilakukan adalah pengukuran tinggi fundus uteri. Pengukuran TFU dapat membantu mengidentifikasi faktor-faktor risiko tinggi misalnya pada ibu hamil dengan anemia. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengukuran TFU memegang peranan penting dalam pemeriksaan kehamilan (Koesno, Harni, 2006).
Secara tradisional perkiraan tinggi fundus dilakukan dengan palpasi fundus dan membandingkannya dengan beberapa patokan antara lain simpisis pubis, umbilikus dan prosesus xipoideus. Cara tersebut dilakukan dengan atau tanpa memperhitungkan ukuran tubuh ibu. Sebaik-baiknya pemeriksaan tersebut hasilnya masih kasar dan dilaporkan hasilnya bervariasi (Kusmiyati,Yuni, dkk, 2008 : 51).
Dalam upaya standarisasi perkiraan tinggi fundus uteri, lebih disarankan menggunakan pita ukur untuk mengukur tinggi fundus dari tepi atas simpisis pubis karena memberikan hasil yang lebih akurat dan dapat diandalkan. Diketahui bahwa pengukuran dengan menggunakan pita ukur  memberikan hasil yang lebih konsisten antar-individu. Juga telah dibuktikan bahwa teknik ini sangat berguna dinegara berkembang sebagai alat tapis awal dan dapat dilakukan oleh para dokter dan bidan dengan efisiensi yang setara (Kusmiyati, Yuni, dkk, 2008 : 51).
Penting untuk diketahui bahwa pita ukur yang digunakan hendaknya terbuat dari bahan yang bisa mengendur (seperti yang digunakan para penjahit). Kandung kemih hendaknya kosong. Pengukuran dilakukan dengan menempatkan ujung dari pita ukur pada tepi atas simfisis pubis dan dengan tetap menjaga pita ukur menempel pada dinding abdomen diukur jaraknya kebagian atas fundus uteri. Ukuran ini biasanya sesuai dengan umur kehamilan dalam minggu setelah umur kehamilan 28 minggu (Kusmiyati, Yuni, dkk, 2008 : 51).
Berdasarkan Rumus Johnson – Toshack, untuk menghitung Taksiran berat badan janin melalui pengukuran tinggi fundus adalah sebagai berikut:
TBBJ (Taksiran Berat Badan Janin) = (Tinggi Fundus Uteri (cm) – N ) x 155 gram.
Keterangan :
N= 13 bila kepala belum memasuki Pintu Atas Panggul (PAP)
N= 12 bila kepala masih berada di atas spina ischiadika
N= 11 bila kepala sudah melewati Pintu Atas Panggul (PAP)
Misalnya tinggi fundus uteri ibu 28 cm, sementara kepala janin masih belum memasuki PAP. Maka perhitungannya adalah (28-13)x155=2325 gram. Jadi taksiran berat badan janin yang didapat adalah 2325 gram (http://www.scribd.com/doc/55725594/Rumus-Johnson)
Pengukuran Tinggi Fundus Uteri pada ibu hamil dengan anemia sangat diperlukan untuk mengetahui berat badan janin sebelum bayi lahir. Menurut Kristiyanasari kekurangan zat besi dapat menimbulkan gangguan atau hambatan pada pertumbuhan janin . Anemia gizi dapat mengakibatkan kematian janin didalam kandungan, abortus, cacat bawaan, BBLR, hal ini menyebabkan morbiditas dan mortalitas dan kematian perinatal. Pada ibu hamil yang menderita anemia berat dapat meningkatkan resiko morbiditas maupu mortalitas ibu dan bayi, kemungkinan melahirkan bayi BBLR dan Prematur lebih besar.
4.      Empat metode pengukuran Tinggi Fundus Uteri
a.       Metode I
Menentukan TFU dengan mengkombinasikan hasil pengukuran dari memperkirakan dimana TFU berada pada setiap minggu kehamilan dihubungkan dengan simpisis pubis wanita, umbilikus dan ujung jari dari prosesus xifoid dan menggunakan lebar jari pemeriksa sebagai alat ukur.
Ketidak akuratan metode ini:
1)      Wanita bervariasi pada jarak simpisis pubis ke prosesus xifoid, lokasi umbilikus diantara 2 titik.
2)      Lebar jari pemeriksa bervariasi antara yang gemuk dan yang kurus.
Keuntungan :                                                        
a)      Digunakan jika tidak ada pita pengukur
b)      Jari cukup akurat untuk menentukan perbedaan yang jelas antara perkiraan umur kehamilan dengan tanggal dan dan dengan temuan hasil pemeriksaan dan untuk mengindikasi perlunya pemeriksaan lebih lanjut jika ditemukan ketidaksesuaian dan sebab kelainan tersebut.


b.      Metode II
Metode ini menggunakan alat ukur Caliper. Caliper digunakan dengan meletakkan satu ujung pada tepi atas simpisis pubis dan ujung yang lain pada puncak fundus. Kedua ujung diletakkan pada garis tengah abdominal. Ukuran kemudian dibaca pada skala cm yang terletak ketika 2 ujung caliper bertemu. Ukuran diperkirakan sama dengan minggu kehamilan setelah sekitar 22-24 minggu. Keuntungan mengukur dengan cara ini adalah lebih akurat dibandingkan pita pengukur terutama dalam mengukur TFU setelah 22-24 minggu kehamilan (dibuktikan oleh studi yang dilakukan Engstrom,Mc.Farlin dan Sitler). Kerugiannya adalah jarang digunakan karena lebih sulit, lebih mahal, kurang praktis dibawa, lebih susah dibaca, lebih susah digunakan dibandingkan pita pengukur.
c.       Metode III
Menggunakan pita pengukur dimulai dari titik nol pita pengukur diletakkan pada tepi atas simfisis pubis dan pita pengukur ditarik melewati garis tengah abdomen sampai puncak. Hasil dibaca dengan skala cm.
Keuntungan:
1)      Lebih murah, mudah dibawa, mudah dibaca hasilnya, mudah digunakan.
2)      Cukup akurat
d.      Metoda IV
Menggunakan pita pengukur tapi metode pengukurannya berbeda. Garis nol pita pengukur diletakkan pada tepi atas simfisis pubis digaris abdominal, tangan yang lain diletakkan didasar fundus, pita pengukur diletakkan diantara jari telunjuk dan jari tengah, pengukuran dilakukan sampai titik dimana jari menjepit pita pengukur. Sehingga pita pengukur mengikuti bentuk abdomen hanya sejauh puncaknya dan kemudian secara relatif lurus ketitik yang ditahan oleh jari-jari pemeriksa, pita tidak melewati slope anterior dari fundus. Caranya tidak diukur karena tidak melewati slope anterior tapi dihitung secara matematika sebagai berikut:
1)      Sebelum fundus mencapai ketinggian yang sama dengan umbilikus, tambahan 4 cm pada jumlah cm yang terukur. Jumlah total centimeternya  diperkirakan sama dengan jumlah minggu kehamilan
2)   Sesudah fundus mencapai tinggi yang sama dengan umbilikus, tambahkan 6 cm pada jumlah cm yang terukur. Jumlah total centimeternya yang diukur diperkirakan sama dengan jumlah minggu kehamilan. (http://www.bascommetro.com/2010/04/pengukuran-tinggi-fundus-uteri.html)

5.      Kurva Berat Badan Lahir dan Berat Badan Janin Menurut David Hull Derek I. Johnston.
Setelah dilakukan pengukuran tinggi fundus uteri pada ibu hamil trimester III, diperoleh hasil Berat Badan Janin yang dapat dikonversikan kedalam kurva menurut Hull Derek I. Johnston seperti dibawah ini:













Gambar 2.1
Kurva Berat Badan Lahir dan Berat Badan Janin Menurut David Hull Derek I. Johnston

Berat badan lahir yang digambarkan pada grafik pertumbuhan berat badan terhadap usia gestasi membantu kita dalam menentukan kelompok-kelompok bayi. Bayi dengan berat badan lahir antara garis sentil 10 dan sentil 90 adalah bayi normal sesuai masa kehamilan. Bayi dengan berat badan lahir lebih dari sentil 90 adalah bayi besar untuk masa kehamilan. Dan bayi dengan berat badan lahir lebih kecil dari sentil 10 adalah kecil untuk masa kehamilan. Kecil untuk masa kehamilan juga mencakup dismatur. Kita perlu menentukan apakah bayi tergolong besar untuk masa kehamilan atau kecil untuk masa kehamilan atau prematur atau postmatur, karena setiap kategori mempunyai masalah sendiri-sendiri yang dapat diantisipasi dan diobati.
6.      Pengukuran Lingkar Lengan Atas (Lila)
Merupakan penilaian antropometri pada ibu hamil dengan cara  pengukuran langsung. Pengukuran ini dapat bermanfaat untuk mengetahui keadaan status gizi ibu hamil serta mendeteksi apakah ibu hamil menderita KEK (Kurang Energi Kronik). Pengukuran Lila pada ibu hamil adalah untuk mendeteksi resiko terjadinya kejadian bayi dengan BBLR. Resiko KEK untuk ibu hamil adalah apabila Lila < 23.5 cm.
Bila ibu mengalami kekurangan gizi selama hamil akan menimbulkan masalah, baik pada ibu maupun janin, seperti diuraikan dibawah ini:
1.    Terhadap Ibu
Gizi kurang pada ibu hamil dapat menyebabkan resiko dan komplikasi pada ibu antara lain : anemia, perdarahan, berat badan ibu tidak bertambah secara normal, dan terkena penyakit infeksi. Kekurangan asupan gizi pada tirmester I dikaitkan dengan tingginya kejadian bayi lahir prematur, kematian janin, dan kelainan pada sistem saraf pusat bayi. Sedangkan kekurangan energi pada trimester I dan II dapat menghambat pertumbuhan janin atau tak berkembang sesuai usia kehamilannya.
2.      Terhadap Persalinan
Pengaruh gizi kurang terhadap proses persalinan dapat mengakibatkan persalinan sulit dan lama, persalinan sebelum waktunya (prematur), perdarahan setelah persalinan, serta persalinan dengan operasi cendrung meningkat.
3.      Terhadap Janin
Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat mempengaruhi proses pertumbuhan janin dan dapat menimbulkan keguguran, abortus, bayi lahir mati, kematian neonatal, cacat bawaan, anemia pada bayi, lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR) (Hidayat, A. Azis, 2012 : 278-281).

7.      Kerangka Teori
Faktor  resiko terjadinya ( Anemia):
1.       Mengalami dua kehamilan yang berdekatan
2.       Hamil dengan lebih dari satu anak
3.       Sering mual dan muntah
4.       Tidak mengkonsumsi cukup zat besi
5.       Hamil saat masih remaja
6.       Kehilangan banyak darah (misalnya dari cedera atau selama operasi)

Faktor yang mempengaruhi Berat Badan Janin:
·         Gizi Ibu
·         Aktifitas fisik
·         Penyakit yang di derita Ibu :






Berat Badan Janin:
·         Normal
·         Rendah

(Anemia)





















FISIOLOGIS MENSTRUASI
FISIOLOGI MENSTRUASI, KEHAMILAN DAN PENENTUAN JENIS KELAMMIN

A.      Fisiologi Menstruasi
Pada siklus menstruasi normal, terdapat produksi hormon-hormon yang paralel dengan pertumbuhan lapisan rahim untuk mempersiapkan implantasi (perlekatan) dari janin (proses kehamilan). Gangguan dari siklus menstruasi tersebut dapat berakibat gangguan kesuburan, abortus berulang, atau keganasan. Gangguan dari sikluas menstruasi merupakan salah satu alasan seorang wanita berobat ke dokter.
Siklus menstruasi normal berlangsung selama 21-35 hari, 2-8 hari adalah waktu keluarnya darah haid yang berkisar 20-60 ml per hari. Penelitian menunjukkan wanita dengan siklus mentruasi normal hanya terdapat pada 2/3 wanita dewasa, sedangkan pada usia reproduksi yang ekstrim (setelah menarche <pertama kali terjadinya menstruasi> dan menopause) lebih banyak mengalami siklus yang tidak teratur atau siklus yang tidak mengandung sel telur. Siklus mentruasi ini melibatkan kompleks hipotalamus-hipofisis-ovarium.
 http://www.klikdokter.com/userfiles/preovulatory.JPG
Gambar 1. Kompleks Hipotalamus-Hipofisis-Ovarium
Siklus Menstruasi Normal
Sikuls menstruasi normal dapat dibagi menjadi 2 segmen yaitu, siklus ovarium (indung telur) dan siklus uterus (rahim). Siklus indung telur terbagi lagi menjadi 2 bagian, yaitu siklus folikular dan siklus luteal, sedangkan siklus uterus dibagi menjadi masa proliferasi (pertumbuhan) dan masa sekresi.
Perubahan di dalam rahim merupakan respon terhadap perubahan hormonal. Rahim terdiri dari 3 lapisan yaitu perimetrium (lapisan terluar rahim), miometrium (lapisan otot rehim, terletak di bagian tengah), dan endometrium (lapisan terdalam rahim).  Endometrium adalah lapisan yangn berperan di dalam siklus menstruasi. 2/3 bagian endometrium disebut desidua fungsionalis yang terdiri dari kelenjar, dan 1/3 bagian terdalamnya disebut sebagai desidua basalis.
Sistem hormonal yang mempengaruhi siklus menstruasi adalah:
  1. FSH-RH (follicle stimulating hormone releasing hormone) yang dikeluarkan hipotalamus untuk merangsang hipofisis mengeluarkan FSH
  1. LH-RH (luteinizing hormone releasing hormone) yang dikeluarkan hipotalamus untuk merangsang hipofisis mengeluarkan LH
  1. PIH (prolactine inhibiting hormone) yang menghambat hipofisis untuk mengeluarkan prolaktin
 http://www.klikdokter.com/userfiles/hypothalamus.JPG
 Gambar 2. Siklus Hormonal
Pada setiap siklus menstruasi, FSH yang dikeluarkan oleh hipofisis merangsang perkembangan folikel-folikel di dalam ovarium (indung telur). Pada umumnya hanya 1 folikel yang terangsang namun dapat perkembangan dapat menjadi lebih dari 1, dan folikel tersebut berkembang menjadi folikel de graaf yang membuat estrogen. Estrogen ini menekan produksi FSH, sehingga hipofisis mengeluarkan hormon yang kedua yaitu LH. Produksi hormon LH maupun FSH berada di bawah pengaruh releasing hormones yang disalurkan hipotalamus ke hipofisis. Penyaluran RH dipengaruhi oleh mekanisme umpan balik estrogen terhadap hipotalamus. Produksi hormon gonadotropin (FSH dan LH) yang baik akan menyebabkan pematangan dari folikel de graaf yang mengandung estrogen. Estrogen mempengaruhi pertumbuhan dari endometrium. Di bawah pengaruh LH, folikel de graaf menjadi matang sampai terjadi ovulasi. Setelah ovulasi terjadi, dibentuklah korpus rubrum yang akan menjadi korpus luteum, di bawah pengaruh hormon LH dan LTH (luteotrophic hormones, suatu hormon gonadotropik). Korpus luteum menghasilkan progesteron yang dapat mempengaruhi pertumbuhan kelenjar endometrium. Bila tidak ada pembuahan maka korpus luteum berdegenerasi dan mengakibatkan penurunan kadar estrogen dan progesteron. Penurunan kadar hormon ini menyebabkan degenerasi, perdarahan, dan pelepasan dari endometrium. Proses ini disebut haid atau menstruasi. Apabila terdapat pembuahan dalam masa ovulasi, maka korpus luteum tersebut dipertahankan.
Pada tiap siklus dikenal 3 masa utama yaitu:
  1. Masa menstruasi yang berlangsung selama 2-8 hari. Pada saat itu endometrium (selaput rahim) dilepaskan sehingga timbul perdarahan dan hormon-hormon ovarium berada dalam kadar paling rendah
  2. Masa proliferasi dari berhenti darah menstruasi sampai hari ke-14. Setelah menstruasi berakhir, dimulailah fase proliferasi dimana terjadi pertumbuhan dari desidua fungsionalis untuk mempersiapkan rahim untuk perlekatan janin. Pada fase ini endometrium tumbuh kembali. Antara hari ke-12 sampai 14 dapat terjadi pelepasan sel telur dari indung telur (disebut ovulasi)
  3. Masa sekresi. Masa sekresi adalah masa sesudah terjadinya ovulasi. Hormon progesteron dikeluarkan dan mempengaruhi pertumbuhan endometrium untuk membuat kondisi rahim siap untuk implantasi (perlekatan janin ke rahim)
Siklus ovarium :
  1. Fase folikular. Pada fase ini hormon reproduksi bekerja mematangkan sel telur yang berasal dari 1 folikel kemudian matang pada pertengahan siklus dan siap untuk proses ovulasi (pengeluaran sel telur dari indung telur). Waktu rata-rata fase folikular pada manusia berkisar 10-14 hari, dan variabilitasnya mempengaruhi panjang siklus menstruasi keseluruhan
  2. Fase luteal. Fase luteal adalah fase dari ovulasi hingga menstruasi dengan jangka waktu rata-rata 14 hari
Siklus hormonal dan hubungannya dengan siklus ovarium serta uterus di dalam siklus menstruasi normal:
  1. Setiap permulaan siklus menstruasi, kadar hormon gonadotropin (FSH, LH) berada pada level yang rendah dan sudah menurun sejak akhir dari fase luteal siklus sebelumnya
  2. Hormon FSH dari hipotalamus perlahan mengalami peningkatan setelah akhir dari korpus luteum dan pertumbuhan folikel dimulai pada fase folikular. Hal ini merupakan pemicu untuk pertumbuhan lapisan endometrium
  3. Peningkatan level estrogen menyebabkan feedback negatif pada pengeluaran FSH hipofisis. Hormon LH kemudian menurun sebagai akibat dari peningkatan level estradiol, tetapi pada akhir dari fase folikular level hormon LH meningkat drastis (respon bifasik)
  4. Pada akhir fase folikular, hormon FSH merangsang reseptor (penerima) hormon LH yang terdapat pada sel granulosa, dan dengan rangsangan dari hormon LH, keluarlah hormon progesteron
  5. Setelah perangsangan oleh hormon estrogen, hipofisis LH terpicu yang menyebabkan terjadinya ovulasi yang muncul 24-36 jam kemudian. Ovulasi adalah penanda fase transisi dari fase proliferasi ke sekresi, dari folikular ke luteal
  6. Kedar estrogen menurun pada awal fase luteal dari sesaat sebelum ovulasi sampai fase pertengahan, dan kemudian meningkat kembali karena sekresi dari korpus luteum
  7. Progesteron meningkat setelah ovulasi dan dapat merupakan penanda bahwa sudah terjadi ovulasi
  8. Kedua hormon estrogen dan progesteron meningkat selama masa hidup korpus luteum dan kemuadian menurun untuk mempersiapkan siklus berikutnya
http://www.klikdokter.com/userfiles/phases.JPG

B.       Fisiologi kehamilan
Kehamilan adalah proses pemeliharaan janin dalam kandungan yang disebabkan pembuahan sel telur oleh sel sperma. Pada saat hamil akan terjadi perubahan fisik dan hormon yang sangat berubah drastis. Kehamilan di bagi atas 3 trimester yaitu trimester I, trimester II, dan trimester III.
Gejala pada trimester I umumnya adalah sering mual dan muntah, payudara membesar, sering buang air kecil,  sering cepat lelah. Emosi tidak stabil, lebih sering cepat marah, penurunan libido seksual.
Pada trimester II, terjadi penambahan berat badan yang sangat signifikan karena nafsu makan yang meningkat tajam, payudara yang semakin besar diikuti dengan perut bagian bawah yang terlihat semakin membesar. Bayi kadang – kadang terasa bergerak, denyut jantung meningkat, kaki, tumit, betis kadang membengkak. Gatal pada permukaan kulit di bagian perut. Kadang disertai dengan sakit pinggang dan gangguan pada pembuangan air besar/sembelit. Emosi menjadi lebih stabil dan seluruh perhatian tertuju pada sang bayi yang akan lahir.
Pada trimester III, bayi mulai menendang – nendang, payudara semakin besar dan kencang, puting susu semakin hitam dan membesar, kadang – kadang terjadi kontraksi ringan dan suhu tubuh dapat meningkat. Cairan vagina meningkat dan kental. Emosi mulai tidak stabil, perasaan gembira disertai cemas menunggu kelahiran sang bayi.
TERJADINYA KEHAMILAN
Peristiwa prinsip pada terjadinya kehamilan :
1. Pembuahan / fertilisasi : bertemunya sel telur / ovum wanita dengan sel benih / spermatozoa pria.
2. Pembelahan sel (zigot).hasil pembuahan tersebut.
3. Nidasi / implantasi zigot tersebut pada dinding saluran reproduksi (pada keadaan normal : implantasi pada lapisan endometrium dinding kavum uteri).
4. Pertumbuhan dan perkembangan zigot – embrio – janin menjadi bakal individu baru.
Kehamilan dipengaruhi berbagai hormon : estrogen, progesteron, human chorionic gonadotropin, human somatomammotropin, prolaktin dsb.
Human Chorionic Gonadotropin (hCG) adalah hormon aktif khusus yang berperan selama awal masa kehamilan, berfluktuasi kadarnya selama kehamilan.
Terjadi perubahan juga pada anatomi dan fisiologi organ-organ sistem reproduksi DAN organ-organ sistem tubuh lainnya, yang dipengaruhi terutama oleh perubahan keseimbangan hormonal tersebut.

PERUBAHAN PADA ORGAN-ORGAN SISTEM REPRODUKSI
Uterus
Tumbuh membesar primer, maupun sekunder akibat pertumbuhan isi konsepsi intrauterin. Estrogen menyebabkan hiperplasi jaringan, progesteron berperan untuk elastisitas / kelenturan uterus.
Taksiran kasar perbesaran uterus pada perabaan tinggi fundus :
– tidak hamil / normal : sebesar telur ayam (+ 30 g)
– kehamilan 8 minggu : telur bebek
– kehamilan 12 minggu : telur angsa
– kehamilan 16 minggu : pertengahan simfisis-pusat
– kehamilan 20 minggu : pinggir bawah pusat
– kehamilan 24 minggu : pinggir atas pusat
– kehamilan 28 minggu : sepertiga pusat-xyphoid
– kehamilan 32 minggu : pertengahan pusat-xyphoid
– 36-42 minggu : 3 sampai 1 jari bawah xyphoid
Ismus uteri, bagian dari serviks, batas anatomik menjadi sulit ditentukan, pada kehamilan trimester I memanjang dan lebih kuat. Pada kehamilan 16 minggu menjadi satu bagian dengan korpus, dan pada kehamilan akhir di atas 32 minggu menjadi segmen bawah uterus. Vaskularisasi sedikit, lapis muskular tipis, mudah ruptur, kontraksi minimal -> berbahaya jika lemah, dapat ruptur, mengancam nyawa janin dan nyawa ibu.
Serviks uteri mengalami hipervaskularisasi akibat stimulasi estrogen dan perlunakan akibat progesteron (-> tanda Hegar), warna menjadi livide / kebiruan.
Sekresi lendir serviks meningkat pada kehamilan memberikan gejala keputihan.
Vagina / vulva
Terjadi hipervaskularisasi akibat pengaruh estrogen dan progesteron, warna merah kebiruan (tanda Chadwick).
Ovarium
Sejak kehamilan 16 minggu, fungsi diambil alih oleh plasenta, terutama fungsi produksi progesteron dan estrogen. Selama kehamilan ovarium tenang/beristirahat. Tidak terjadi pembentukan dan pematangan folikel baru, tidak terjadi ovulasi, tidak terjadi siklus hormonal menstruasi.
Payudara
Akibat pengaruh estrogen terjadi hiperplasia sistem duktus dan jaringan interstisial payudara. Hormon laktogenik plasenta (diantaranya somatomammotropin) menyebabkan hipertrofi dan pertambahan sel-sel asinus payudara, serta meningkatkan produksi zat-zat kasein, laktoalbumin, laktoglobulin, sel-sel lemak, kolostrum. Mammae membesar dan tegang, terjadi hiperpigmentasi kulit serta hipertrofi kelenjar Montgomery, terutama daerah areola dan papilla akibat pengaruh melanofor. Puting susu membesar dan menonjol. (beberapa kepustakaan tidak memasukkan payudara dalam sistem reproduksi wanita yang dipelajari dalam ginekologi)
PENINGKATAN BERAT BADAN SELAMA HAMIL
Normal berat badan meningkat sekitar 6-16 kg, terutama dari pertumbuhan isi konsepsi dan volume berbagai organ / cairan intrauterin.
Berat janin + 2.5-3.5 kg, berat plasenta + 0.5 kg, cairan amnion + 1.0 kg, berat uterus + 1.0 kg, penambahan volume sirkulasi maternal + 1.5 kg, pertumbuhan mammae + 1 kg, penumpukan cairan interstisial di pelvis dan ekstremitas + 1.0-1.5 kg.
PERUBAHAN PADA ORGAN-ORGAN SISTEM TUBUH LAINNYA
(baca juga catatan kuliah anestesiologi – lumayan lengkap tuh)
Sistem respirasi
Kebutuhan oksigen meningkat sampai 20%, selain itu diafragma juga terdorong ke kranial -> terjadi hiperventilasi dangkal (20-24x/menit) akibat kompliansi dada (chest compliance) menurun. Volume tidal meningkat. Volume residu paru (functional residual capacity) menurun. Kapasitas vital menurun.
Sistem gastrointestinal
Estrogen dan hCG meningkat dengan efek samping mual dan muntah-muntah, selain itu terjadi juga perubahan peristaltik dengan gejala sering kembung, konstipasi, lebih sering lapar / perasaan ingin makan terus (mengidam), juga akibat peningkatan asam lambung. Pada keadaan patologik tertentu dapat terjadi muntah-muntah banyak sampai lebih dari 10 kali per hari (hiperemesis gravidarum).
Sistem sirkulasi / kardiovaskular
(baca juga kuliah kelainan jantung + kuliah anestesiologi)
Perubahan fisiologi pada kehamilan normal, yang terutama adalah perubahan HEMODINAMIK maternal, meliputi :
– retensi cairan, bertambahnya beban volume dan curah jantung
– anemia relatif
– akibat pengaruh hormon, tahanan perifer vaskular menurun
– tekanan darah arterial menurun
– curah jantung bertambah 30-50%, maksimal akhir trimester I, menetap sampai akhir kehamilan
– volume darah maternal keseluruhan bertambah sampai 50%
– volume plasma bertambah lebih cepat pada awal kehamilan,
kemudian bertambah secara perlahan sampai akhir
kehamilan
Pada trimester pertama, terjadi :
– penambahan curah jantung, volume plasma dan volume cairan ekstraselular, disertai peningkatan aliran plasma ginjal dan laju filtrasi glomerulus
– penambahan / retensi air dan natrium yang dapat ditukar di dalam tubuh, peningkatan TBW / total body water
– akibatnya terjadi aktifasi sistem renin-angiotensin dan penurunan ambang osmotik untuk pelepasan mediator vasopresin dan stimulasi dahaga.
– akibatnya pula terjadi penurunan konsentrasi natrium dalam plasma dan penurunan osmolalitas plasma, sehingga terjadi edema pada 80% wanita yang hamil.
Terjadi peningkatan volume plasma sampai 25-45%, dengan jumlah eritrosit meningkat hanya sedikit (kadar hemoglobin menurun akibat anemia relatif). Cardiac output meningkat sampai 20-40%. Resistensi perifer juga menurun, sering tampak sebagai varisces tungkai. Leukosit meningkat sampai 15.000/mm3, akibat reaksi antigen-antiibodi fisiologik yang terjadi pada kehamilan. Infeksi dicurigai bila leukosit melebihi 15.000/mm3. Trombosit meningkat sampai 300.000-600.000/mm3, tromboplastin penting untuk hemostasis yang baik pada kehamilan dan persalinan. Fibrinogen juga meningkat 350-750 mg/dl (normal 250-350 mg/dl). Laju endap darah meningkat. Protein total meningkat, namun rasio albumin-globulin menururn karena terjadi penurunan albumin alfa-1, alfa-2 dan beta diikuti peningkatan globulin alfa-1, alfa-2 dan beta. Faktor-faktor pembekuan meningkat.
Metabolisme
Basal metabolic rate meningkat sampai 15%, terjadi juga hipertrofi tiroid. Kebutuhan karbohidrat meningkat sampai 2300 kal/hari (hamil) dan 2800 kal/hari (menyusui). Kebutuhan protein 1 g/kgbb/hari untuk menunjang pertumbuhan janin. Kadar kolesterol plasma meningkat sampai 300 g/100ml. Kebutuhan kalsium, fosfor, magnesium, cuprum meningkat. Ferrum dibutuhkan sampai kadar 800 mg, untuk pembentukan hemoglobin tambahan.
(baca juga kuliah diabetes mellitus)
Khusus untuk metabolisme karbohidrat, pada kehamilan normal, terjadi kadar glukosa plasma ibu yang lebih rendah secara bermakna karena :
– ambilan glukosa sirkulasi plasenta meningkat,
– produksi glukosa dari hati menurun
– produksi alanin (salah satu prekursor glukoneogenesis) menurun
– aktifitas ekskresi ginjal meningkat
– efek hormon-hormon gestasional (human placental lactogen, hormon2 plasenta lainnya, hormon2 ovarium, hipofisis, pankreas, adrenal, growth factors, dsb).
Selain itu terjadi juga perubahan metabolisme lemak dan asam amino. Terjadi juga peningkatan aktifitas enzim-enzim metabolisme pada umumnya.
Traktus urinarius
Ureter membesar, tonus otot-otot saluran kemih menururn akibat pengaruh estrogen dan progesteron. Kencing lebih sering (poliuria), laju filtrasi meningkat sampai 60%-150%. Dinding saluran kemih dapat tertekan oleh perbesaran uterus, menyebabkan hidroureter dan mungkin hidronefrosis sementara.
Kadar kreatinin, urea dan asam urat dalam darah mungkin menurun namun hal ini dianggap normal.
Kulit
Peningkatan aktifitas melanophore stimulating hormon menyebabkan perubahan berupa hiperpigmentasi pada wajah (kloasma gravidarum), payudara, linea alba (-> linea grisea), striae lividae pada perut, dsb.
Perubahan Psikis
Sikap / penerimaan ibu terhadap keadaan hamilnya, sangat mempengaruhi juga kesehatan / keadaan umum ibu serta keadaan janin dalam kehamilannya.
Umumnya kehamilan yang diinginkan akan disambut dengan sikap gembira, diiringi dengan pola makan, perawatan tubuh dan upaya memeriksakan diri secara teratur dengan baik. Kadang timbul gejala yang lazim disebut “ngidam”, yaitu keinginan terhadap hal-hal tertentu yang tidak seperti biasanya (misalnya jenis makanan tertentu, tapi mungkin juga hal-hal lain)
Tetapi kehamilan yang tidak diinginkan, kemungkinan akan disambut dengan sikap yang tidak mendukung, napsu makan menurun, tidak mau memeriksakan diri secara teratur, bahkan kadang juga ibu sampai melakukan usaha-usaha untuk menggugurkan kandungannya.
DIAGNOSTIK KEHAMILAN
Berdasarkan perubahan-perubahan anatomik dan fisiologik, dapat dikumpulkan hal-hal yang mungkin bermakna pada pemeriksaan fisis maupun penunjang, untuk menuju pada diagnosis kehamilan.
Gejala dan tanda yang dapat mengarahkan diagnosis adanya suatu kehamilan :
1. amenorea (sebenarnya bermakna jika 3 bulan atau lebih)
2. pembesaran uterus (tampak disertai pembesaran perut, atau pada kehamilan muda diperiksa dengan palpasi)
3. adanya kontraksi uterus pada palpasi (Braxton-Hicks)
4. teraba/terasa gerakan janin pada palpasi atau tampak pada imaging. Ballotement (+). Jika (-) curiga mola hidatidosa.
5. terdengar jantung janin (dengan alat Laennec/ Doppler) atau visual tampak jantung berdenyut pada imaging (fetal ultrasound echoscopy).
6. teraba bagian tubuh janin pada palpasi (Leopold) atau tampak pada imaging (ultrasonografi)
7. perubahan serviks uterus (Chadwick / Hegar sign)
8. kurva suhu badan meningkat
9. tes urine B-hCG (Pack’s test / GalliMainini) positif. Hati-hati karena positif palsu dapat juga terjadi misal karena urine kotor, alat kadaluwarsa atau cara pemeriksaan yang salah.
10. Titer B-hCG meningkat pada kehamilan sekitar 90 hari, kemudian menurun seperti awal kehamilan, bahkan dapat sampai tidak terdeteksi.
11. perasaan mual dan muntah berulang, morning sickness.
12. perubahan payudara
13. poliuria


  1. CARA MENENTUKAN JENIS KELAMIN
1.      Pemisahan Spermatozoa
Sampai saat ini cara yang ada masih adalah cara yang sudah cukup lama didapat, yaitu memisahkan spermatozoa melalui suatu media khusus. Dengan pemisahan ini, didapatkan spermatozoa yang mengandung kromosom X atau Y, tergantung media apa yang digunakan.

Hasil pemisahan kemudian diinseminasikan ke dalam rahim untuk menghasilkan kehamilan dengan jenis kelamin tertentu. Walaupun hasilnya tidak dijamin seratus persen, cara ini memberikan harapan bagi mereka yang ingin merencanakan kehamilan dengan jenis kelamin tertentu.

Kalau Anda menginginkan anak dengan jenis kelamin laki-laki, cara yang cukup canggih di atas dapat dilakukan. Namun, kalau enggan menggunakan cara yang canggih itu, boleh gunakan cara yang sederhana. Tentu saja dengan tingkat kegagalan yang lebih tinggi dibandingkan cara yang lebih canggih.

2.      Saat Subur
Cara sederhana tersebut berdasarkan perbedaan biologis antara sel spermatozoa yang mengandung kromosom X dengan yang mengandung kromosom Y. Perbedaan antara kedua sel spermatozoa sebagai berikut.

Ø  ukuran sel spermatozoa X lebih besar, sehingga geraknya lebih lambat, sedang spermatozoa Y bergerak lebih cepat karena ukurannya lebih kecil. Kedua, sel spermatozoa X lebih tahan terhadap zat yang bersifat asam, sedang spermatozoa Y lebih tahan terhadap zat yang bersifat basa.
Berdasarkan perbedaan biologis inilah kemudian dilakukan upaya sederhana untuk memisahkan kedua jenis spermatozoa dalam perencanaan jenis kelamin bayi.
·         Dengan mengatur waktu melakukan hubungan seksual. Hubungan seksual yang dilakukan tepat pada saat subur memungkinkan spermatozoa Y mencapai sel telur lebih dulu, sehingga diharapkan menghasilkan bayi laki-laki. Kalau dilakukan sekitar dua hari sebelum atau sesudah saat subur, diharapkan menghasilkan bayi perempuan
·         Dengan memanfaatkan zat yang bersifat asam atau basa. Bila menginginkan bayi laki-laki, lakukan bilasan pada vagina dengan bahan yang bersifat basa sebelum melakukan hubungan seksual. Sebaliknya, bila menginginkan bayi perempuan, lakukan bilasan dengan zat yang bersifat asam sebelum melakukan hubungan seksual.
·         Dengan mengatur teknik melakukan hubungan seksual sehingga orgasme dapat diatur. Kalau menginginkan bayi laki-laki, pihak istri harus mencapai orgasme lebih dulu agar suasana di dalam vagina menjadi basa. Sebaliknya, bila menginginkan bayi perempuan, istri hendaknya mencapai orgasme kemudian agar suasana di dalam vagina tetap asam.
3.      Tampa  tindakan USG
v  Mengalami mual-mual parah selama trimester pertama itu pertanda akan mendapat bayi perempuan. Sebaliknya jika tidak mengalami mual-mual parah atau tingkat mualnya rendah pertanda anak laki-laki.
v  Tonjolan perut tinggi (runcing) pertanda anak lelaki. Sebaliknya jika tonjolan perut rendah pertanda anak perempuan.
v  Tubuh terasa lebih bengkak terutama pada paha dan pinggul dipercaya sebagai tanda anak perempuan yang sedang mengambil kecantikan ibunya. Tapi jika kelebihan berat badan cenderung ke depan itu pertanda anak lelaki
v  Lebih suka makanan yang mengandung protein seperti daging serta suka makanan yang asin dan asam itu pertanda anak lelaki. Sebaliknya jika suka makanan manis dan buah-buahan pertanda anak perempuan.
v  Posisi tidur jika lebih suka arah utara dipercaya pertanda anak laki-laki, tapi sebaliknya jika lebih senang tidur ke arah selatan pertanda anak perempuan.
Memang belum ada bukti ilmiahnya, tapi dari pengalaman perempuan-perempuan hamil ciri-ciri tersebut terjadi saat mereka mengandung anak lelaki atau perempuan.
Tips Cara Mengetahui Jenis Kelamin Bayi Tanpa Cek USG

Tabel berikut ini diambil dari Royal tomb dekat Peking , China. Original copy tersimpan di Institute of Science of Peking. Kebenaran dari tabel diatas telah dibuktikan oleh ribuan orang dan dipercaya 99% kebenarannya.
Contoh singkat : Jika istri berusia 27th dan melakukan senggama pada bulan Januari, berdasarkan tabel diatas bayi yang akan dilahirkan adalah perempuan. Tabel diatas didasarkan pada bulan proses pembuahan bayi, bukan kelahiran dari bayi.
4.       Penggunaan alat USG
USG atau Ultrasnografi digunakan secara luas dalam kehamilan. Selain sangat bermanfaat untuk memonitor perkembangan janin dalam kandungan, juga bisa dimanfaatkan untuk menentukan jenis kelaminnya, walaupun memang tidak seratus persen akurat.walaupun demikian alat ini yang paling populer digunakan dalam kehamilan, karena fungsi utama adalah untuk membantu dokter dalam mendeteksi berbagai kelainan dan masalah umum janin dalam kandungan, seperti posisi bayi, posisi ari-ari,keadaan plasenta, dan sebagainya.

5.      Pengambilan cairan ketuban
Cairan ketuban sering diambil untuk melakukan berbagai deteksi terhadap adanya kemungkinan kelainan pada janin di dalam kandungan. Ini biasanya dilakukan pada usia kehamilan mencapai 15 hingga 18 minggu. Caranya adalah dengan memasukan jarum ke dalam kantong ketuban dengan dibimbing oleh alat yang disebut ultrasound agar jarum tidak menyentuh janin/fetus. Kemudian setelah air ketuban bisa terambil langsung dibawa ke laboratorium untuk dikembangbiakkan sel-selnya selama 1 sampai 3 hari. Selanjutnya akan dilakukan test AFP (Alpha fetoprotein) terhadap sel-sel tersebut, untuk mengetahui adanya kelainan. Tes ini berguna untuk mengetahui jenis kelamin bayi secara akurat.


6.       CVS (Chorionic Villus sampling)
Metode ini sangat mirip dengan metode cairan ketuban. Sama-sama bersifat invasive (masuk kedalam tubuh), bedanya hanya pada apa yang diambilnya. Pada metode CVS sampel yang diambil adalah sel yang terdapat plasenta yang menempel pada dinding rahim. setelah itu sel-sel ini akan dibawa ke Laboratorium untuk dikembangkan dan dites dengan AFP, sehingga jenis kelamin juga dapat diketahui melalui cara ini. Hanya saja metode ini berisiko besar sehingga tidak direkomendasikan.

7.      Sampel darah bayi
Semakin bayi berkembang, semakin mungkin untuk mengambil sampel darahnya. Pada akhir trisemester kedua ketika bayi hampir terbentuk sempurna, merupakan saat yang tepat untuk mengmbil sampel darahnya. Ini dapat dikatakan sebagai metode yang paling akurat dibandingkan dengan metode lainnya.
Harus anda ingat bahwa mengetahui jenis kelamin bayi bukanlah hal yang ahrus dilakukan. Dan yang paling penting adalah jangan sampai setelah mengetahui jenis kelaminnya anda menjadi kecewa dan menjadi tidak antusias terhadapnya, lalu mengurangi perhatian terhadap kehamilanyang sedang berlangsung, apalagi sampai menggugurkannya. Jangan sampai anda terjebak pada mitos-mitos yang mengaggungkan bayi laki-laki dari perempuan atau sebaliknya. apapun jenis kelaminnya terimalah tiu sebagai anugrah, dan tetaplah menjaga dan memberi perhatian padanya sebaik mungkin.




Fisiologi Haid

March 29, 2012 By nursewian Leave a Comment
siklus haidPada wanita yang sehat dan tidak hamil, setiap bulan secara teratur mengeluarkan darah dari alat kandungannya, hal ini disebut haid. Ada juga yang menyebutnya mensis, menstruasi, datang bulan, kain kotor, atau period.
Pada siklus haid, mukosa rahim dipersiapkan secara teratur untuk menerima ovum yang dibuahi setelah terjadinya ovulasi. Keadaan ini dikontrol oleh hormone-hormon yang dapat dideteksi dalam air kemih. Yang diperiksa adalah air kemih 24 jam dan diukur kadar estriol pregnandiolnya.
Satu siklus haid dibagi atas beberapa fase atau stadium:
  • Stadium menstruasi (deskuamasi): 3-7 hari
  • Stadium proliferasi : 7-9 hari
  • Stadium sekresi : 11 hari
  • Stadium premenstruasi : 3 hari
Hormone dalam siklus haid diantaranya FSH ( Follicle Stimulating Hormone) dikeluarkan oleh hipofise lobus depan, estrogen dihasilkan oleh ovarium, LH (Luteinizing hormone) dihasilkan oleh hipofise, dan progesterone dikeluarkan oleh indung telur (ovarium). Setelah selesai haid, oleh pengaruh hormone FSH dan estrogen, selaput lendir rahim (endometrium) menjadi semakin tebal. Bila terjadi ovulasi akibat pengaruh progesterone, selaput ini menjadi lebih tebal lagi, dan kelenjar endometrium tumbuh berkeluk-keluk. Bersamaan dengan itu endometrium menjadi lebih lembek seperti karet busa dan melakukan persiapan supaya sel telur yang sudah dibuahi dapat bersarang. Bila tidak ada sel telur yang bersarang, endometriumini terkelupas dan terjadi pendarahan yang disebut haid.
Siklus haid yang klasik adalah 28 hari, sedangkan pola haid dan lamanya perdarahan haid tergantung pada tipe wanita ,dan biasanya 3-8 hari

Proses Kehamilan Sampai Melahirkan - Proses kehamilan adalah suatu peristiwa terpenting dalam terbentuknya kehidupan pada manusia. Proses ini bermula dari pembuahan dimana berjuta-juta sel sperma akan bersaing menuju sel telur sambil mengeluarkan enzim yang membuat salah satu sperma akan berhasil menembus lapisan pelindung sel telur yang sudah matang. Pada peristiwa pembuahan ini akan terjadi perubahan kimiawi yang mencegah sperma lain memasuki sel telur.
proses kehamilan dari awal hingga melahirkan

Proses selanjutnya adalah dimana sel sperma yang berhasil memasuki pelindung sel telur akan terurai dan inti sel yang membawa kode genetik kemudian menyatu dengan kode genetik sel telur yang telah dibuahi. Kelanjutan dari proses ini akan berlanjut kepada proses berikutnya, yaitu penentuan jenis kelamin bayi oleh 46 kromosom yang menyusun karakteristik genetik-nya.

Sel telur yang telah dibuahi kemudian akan membelah menjadi 2 sel, dan untuk selanjutnya berkembang menjadi 4 sel, serta kemudian akan terus mengalami pembelahan. Ketika pembelahan sel terus terjadi, sekaligus sel ini akan bergerak meninggalkan tuba falopi menuju rahim.

Pada hari ketujuh setelah proses pembuahan, maka sel yang terbelah telah mencapai 30, dan kumpulan sel ini sendiri dinamakan dengan istilah morula. Adapun morula yang telah mencapai lapisan rahim akan tertanam pada lapisan endometrium. Kelompok sel yang berkembang ini akan semakin matang dan menjadi blastokista, sekaligus akan menstimulasi terjadinya perubahan dalam tubuh calon ibu, termasuk terhentinya siklus menstruasi.

Perkembangan embrio yang sudah terbentuk pada bulan pertama akan ditandai dengan terbentuknya alat-alat tubuh yang cukup penting dan juga sudah mulai berfungsi meski belum sempurna. Pada bulan pertama kehamilan belum terbentuk tangan dan kaki, demikian juga bagian otak janin masih berupa gumpalan darah. Diperkirakan panjang embrio pada usia kandungan bulan pertama adalah sekitar 2,5 hingga 6 mm.

Pada bulan kedua usia kehamilan embrio telah membentuk kaki dan tangan, alat-alat kelamin bagian dalam, rangka yang masih berupa tulang rawan, alat-alat bagian muka dan beberapa alat penting lainnya. Pada usia ini panjang embrio adalah sekitar 25-40 mm.

Pada bulan ketiga kehamilan, hampir seluruh organ tubuh telah terbentuk secara lengkap, termasuk alat kelamin luar. Panjang janin pada saat ini sekitar 70-100 mm dan sudah dapat dibedakan antara janin laki-laki atau perempuan. Sementara pada bulan keempat masa kehamilan, kondisi janin sudah mulai membentuk kulit, rambut, kelenjar keringat dan kelopak mata. Gerakan janin juga pada saat ini sudah dapat dirasakan oleh ibunya. Panjang janin adalah sekitar 145 mm.

Setelah usia kehamilan menginjak usia 12 minggu, maka janin hanya akan mengalami pertumbuhan ke arah lebih besar dan memanjang hingga menjelang kelahirannya. Secara normal masa kehamilan adalah sekitar 40 minggu, atau 9 bulan 10 hari.

Itulah gambaran proses kehamilan mulai dari awal hingga melahirkan yang dapat kami informasikan kepada Anda. Bagi Anda yang masih belum terlalu paham dengan penjelasan diatas, maka Anda juga bisa memperdalam pengetahuan tentang proses kehamilan sampai melahirkan melalui cuplikan video yang bersumber dari situs berbagi video Youtube berikut ini
















Proses pembuahan adalah merupakan awal dari kehamilan, dimana satu sel telur dibuahi oleh satu sperma. Ovulasi (pelepasan sel telur) adalah merupakan bagian dari siklus menstruasi normal, yang terjadi sekitar 14 hari sebelum menstruasi. Sel telur yang dilepaskan bergerak ke ujung tuba falopii (saluran telur) yang berbentuk corong , yang merupakan tempat terjadinya pembuahan. Jika tidak terjadi pembuahan, sel telur akan mengalami kemunduran (degenerasi) dan dibuang melalui vagina bersamaan dengan darah menstruasi. Jika terjadi pembuahan, maka sel telur yang telah dibuahi oleh sperma ini akan mengalami serangkaian pembelahan dan tumbuh menjadi embrio (bakal janin),Jika pada ovulasi dilepaskan lebih dari 1 sel telur dan kemudian diikuti dengan pembuahan, maka akan terjadi kehamilan ganda, biasanya kembar 2. Kasus seperti ini merupakan kembar fraternal.Kembar identik terjadi jika pada awal pembelahan, sel telur yang telah dibuahi membelah menjadi 2 sel yang terpisah atau dengan kata lain, kembar identik berasal dari 1 sel telur.Pada saat ovulasi, lapisan lendir di dalam serviks (leher rahim) menjadi lebih cair, sehingga sperma mudah menembus ke dalam rahim. Sperma bergerak dari vagina sampai ke ujung tuba falopii yang berbentuk corong dalam waktu 5 menit. Sel yang melapisi tuba falopii mempermudah terjadinya pembuahan dan pembentukan zigot (sel telur yang telah dibuahi),Pembentukan plasenta yang sempurna biasanya selesai pada minggu ke 18-20, tetapi plasenta akan terus tumbuh selama kehamilan dan pada saat persalinan beratnya mencapai 500 gram.
keterangan gambar janin dari umur 6 minggu sampai 32 minggu

Minggu 6
ke Dengan melakukan pemeriksaan ultrasound kita akan melihat janin sudah membentuk kepala dan badan. Getaran jantung juga sudah dapat diperiksa.Minggu ke 8terjadi pembentukan lubang hidung, bibir, mulut serta lidah. Mata terlihat berada di bawah membrankulit yang tipis. Pada masa ini terbentuk juga tangan dan longlegs walau tidak begitu jelas
Minggu 12
Bayi membesar dengan cepat dan wajahnya semakin jelas. Jari tangan dan longlegs mulai terbentuk termasuk telinga dan kelopak mata
Minggu ke 20
Panjang janin mencapai kisaran 14-16 cm dengan berat sekitar 260 gram. Kulit yang menutupi tubuh janin mulai bisa dibedakan menjadi dua lapisan, yakni lapisan epidermis yang terletak di permukaan dan lapisan dermis yang merupakan lapisan dalam. Epidermis selanjutnya akan membentuk pola-pola tertentu pada ujung jari, telapak tangan maupun telapak kaki. Sedangkan lapisan dermis mengandung pembuluh-pembuluh darah kecil, saraf dan sejumlah besar lemak. Seiring perkembangannya yang pesat, kebutuhan darah janin pun meningkat tajam. Agar anemia tak mengancam kehamilan, ibu harus mencukupi kebutuhannya akan asupan zat besi, baik lewat konsumsi makanan bergizi seimbang maupun suplemen yang dianjurkan dokter.
Minggu ke 32
Alveoli yang sesungguhnya atau sel ‘kantung’ udara,mulai berkembang '
dalamparu-paru.mereka akan terus terbentuk hingga 8 tahun setelah lahir. Minggu 40 janin memulai tanda-tanda kelahiran dengan mengeluarkan sejumlah besar hormone yang disebut estrogen dan kemudian memulai masa peralihan dari janin menjadi bayi baru lahir Kelahiran ditandai dengan kontraksi kuat pada rahim yang mengakibatkan kelahiran anak.




Proses melahirkan
Melahirkan adalah ujung dari proses penantian yang panjang selama kehamilan. Pada manusia usia kehamilan hingga melahirkan rata-rata 280 hari. Ada perbedaan penyebutan untuk menggambarkan usia kehamilan, dokter kandungan menyebut 40 minggu dihitung dari hari pertama mens terakhir dan berpedoman bahwa 1 bulan adalah 28 hari. Orang awam sering menyebut 9 bulan 10 hari dengan anggapan 1 bulan 30 hari. Semuanya tepat, tergantung dari mana pedoman atau patokan yang dianut.Persalinan adalah proses keluarnya janin dari dalam rahim ke dunia luar. Proses Persalinan dapat dilakukan melalui jalan lahir/vagina (persalinan pervaginam) atau persalinan melalui sayatan pada dinding perut dan dinding rahim (persalinan perabdominam) atau dikenal dengan bedah sesar (seksio sesarea).Pada manusia 90 % persalinan dapat dilakukan melalui jalan lahir, hanya sebagian kecil yang membutuhkan persalinan melalui operasi/ bedah sesar.Persalinan melalui vagina sering kali awam disebut persalinan normal. Memang benar namun ada perbedaan antara persalinan normal dengan persalinan spontan. Pada persalinan pervaginam dapat dilakukan secara spontan (menggunakan tenaga dan usaha ibu sendiri) atau menggunakan bantuan alat khusus. Sedangkan pada persalinan normal adalah persalinan spontan pada presentasi kepala (kepala keluar lebih dahulu)


keterangan gambar proses melahirkan

sumber :

http://www.lenterabiru.com/2009/01/perkembangan-janin.htm
http://drprima.com/kehamilan/proses-melahirkanpersalinan-pada-manusia.html
http://fkunhas.com/l/proses+kehamilan+dari+1+bulan+sampai+9+bulan.html